Senin, 12 Juni 2017

PGA Menjadi MTs Darul Ulum

 PGA Menjadi MTs Darul Ulum


Madarasah Tsanawiyah Darul Ulum adalah Madrasah yang terletak di Jalan Kol. Soegiono 101-103, Desa Kureksari Kecamatan Waru. Madarasah Tsanawiyah Darul Ulum ada dibawah naungan yayasan yaitu Yayasan AMANU (Amanat Nahdlatul Ulama). Didirikan pada tanggal 13 Januari 1969 pendirinya adalah seorang ulama terkemuka yaitu K.H. Muhammad Nur Yahya, beliau adalah pengurus LP Ma’arif Cabang Sidoarjo pertama pada tahun 1975.
Semula Madarasah Tsanawiyah Darul Ulum bernama PGA(Pendidikan Guru Agama) NU. Madrasah yang telah berjasa mencetak tenaga-tenaga guru yang siap terjun mengajar di MI/SD. Pada tahun 1976 sesuai dengan peraturan yang berlaku nama PGANU berubah menjadi MTs-MA “Darul Ulum”  hingga saat ini. Waktu terus berlalu perbaikan dan pembenahan baik secara fisik maupun kwalitatif setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akreditasi Madrasah Tsanawiyah “Darul Ulum” Waru adalah “A” dan seiring berjalannya waktu nilainya meningkat menjadi SANGAT BAIK.
MTs. Darul Ulum adalah sekolah yang bernuansa agamis yang dapat membentuk generasi muslim yang Berakhlaqul Karimah.  MTs. Darul Ulum terus berbenah untuk memenuhi standar pelayanan pendidikan yang ideal seiring dengan tuntutan zaman dan harapan masyarakat/orangtua siswa. Hal ini telah dilakukan secara bertahap dan hasilnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap MTs. Darul Ulum terus meningkat, indikatornya jumlah siswa setiap tahun mengalami peningkatan dan sampai saat ini masih menjadi MTs. dengan jumlah siswa terbanyak se Kabupaten Sidoarjo. Banyak tenaga pendidik atau guru yang berasal dari alumni MTs. Darul Ulum “ saya juga termasuk alumni MTs. Darul Ulum”, tutur Kepala Sekolah Bapak Amiruddin, M.Pd. Bapak Amiruddin, M.Pd. juga berkata “banyak guru yang sudah sepuh tetapi tidak saya suruh untuk pensiun karena cara mengajar beliau masih sangat baik”.
Untuk memperkuat dan memposisikan MTs. Darul Ulum Waru sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang paling di Rekomendasi.  Mulai tahun pelajaran 2014-2015, MTs. Darul Ulum membuka program kelas intensif dengan penambahan jam belajar (prioritas penajaman pendalaman pengetahuan agama/Bimbingan Penerapan Ibadah, pengembangan diri yang terintegral) dan dengan program melengkapi fasilitas PBM secara terus menerus, melakukan pembenahan sarana prasarana demi kenyamanan siswa agar lebih nyaman belajar di kelas dan terpenuhinya sumber dan media belajar yang efektif, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Minggu, 11 Juni 2017

10 Contoh Berita Pendidikan

Pendidikan karakter melalui pendekatan budaya dinilai efektif
Pewarta: Indriani
Jakarta (ANTARA News) - Pendidikan karakter melalui pendekatan budaya dinilai efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada diri anak, kata Direktur Global Sevilla School Jakarta Robertus Budi Setiono.

"Pendekatan budaya menjadi salah satu sarana yang efektif untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak, seperti pada malam ini kami melakukan pementasan teater cerita rakyat Malin Kundang. Tujuannya agar para siswa dapat mengerti dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kisah itu," ujar Budi di sela-sela pementasan teater Malin Kundang di Jakarta, Sabtu.

Dia menjelaskan melalui pergelaran teater cerita rakyat itu, para siswa dapat mengekspresikan bakat mereka. Serta bisa melakukan olah gerak, suara, serta bisa mengekspresikan kemampuan mereka.

"Selain itu, kepercayaan diri mereka juga meningkat."

Budi menjelaskan penanaman pendidikan karakter haruslah melalui praktik langsung, serta tak melulu belajar di kelas.

"Siswa bisa mengeksplorasikan kemampuan mereka melalui pergelaran seperti ini. Mereka yang melakukan riset langsung ke Sumatera Barat, melakukan aransemen musik dan menulis skenario. Anak dilibatkan dalam semua hal."

Di kesempatan yang berbeda, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan kepala sekolah penting dalam keberhasilan penguatan pendidikan karakter.

Mendikbud mengatakan kepala sekolah harus mendorong agar guru tidak sekedar ceramah di kelas tetapi juga menjadi inspirator dan pendidik.

Pada 2017, Kemdikbud menargetkan penerapan PPK di sebanyak 9.830 sekolah di 34 provinsi. Jumlah tersebut meningkat dari 2016 yang hanya sebanyak 542 sekolah di 34 provinsi.

Kemdikbud menargetkan pada 2020, seluruh sekolah sudah menerapkan PPK. PPK memiliki lima nilai utama karakter pelajar, yakni, religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.
Editor: Ruslan Burhani

Pendidikan jangan hanya kedepankan aspek intelektual
Pewarta: Indriani
Jakarta (ANTARA News) - Pendidikan tidak hanya mengedepankan aspek intelektual saja, tapi juga harus mengembangkan daya cipta, rasa serta karsa peserta didik, demikan kata akademisi dari Global Sevilla.

"Sistem pendidikan yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara, sangat tepat karena tak hanya mengedepankan aspek intelektual, namun juga harus mengembangkan daya cipta, rasa, serta karsa bagi peserta didik. Sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang humanis dan berkarakter," ujar Direktur Global Sevilla, Robertus Budi Setiono, di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan bahwa pihaknya selalu berusaha menerapkan program pembelajaran yang menyenangkan. Selain belajar di kelas, sejumlah kegiatan juga dirancang guna mengasah keterampilan para siswa.

Salah satunya adalah melalui pementasan drama musikal "Charlie and Chocolate Factory", yang diperankan oleh 280 siswa SD Global Sevilla, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

"Kalau bicara pendidikan Taman Siswa-nya Ki Hajar Dewantara, belajar sambil bermain, kita menerapkannya," kata dia.

Melalui pementasan drama tersebut ada nilai edukasi yang dapat dikembangkan, yakni merangsang budaya literasi atau membaca.

Selain itu, nilai positif lainnya adalah dapat mempelajari karakter peran dan berekspresi.

"Pendidikan yang humanis harus terus dikedepankan melalui pendidikan karakter," katanya.

Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa, mengasah rasa, dan dapat dorong anak untuk mengimplementasikan atas ilmu yang didapat.

"Ada banyak nilai-nilai moral baik yang dapat dijadikan contoh dari cerita-cerita yang ada," tuturnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa kepada para siswa pihaknya selalu menekankan untuk saling menghargai perbedaan dan keberagaman.

(T.I025/C004)
Editor: Ruslan Burhani

Sekolah berasrama berpotensi bentuk karakter unggul
Pewarta: Zita Meirina
Jakarta (ANTARA News) - Sekolah berasrama memiliki andil dalam pembentukan karakter unggul lulusan yang umumnya memiliki kemandirian, bertanggung jawab melalui sikap taat aturan, kejujuran, hubungan baik dengan orang lain, kata Ketua Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara (Ikastara) M. Rachmat Kaimuddin.

"Organisasi asrama maupun sekolah ternyata juga mendukung pembentukan karakter unggul para murid. Siswa yang terbiasa mengikuti organisasi baik di sekolah atau asrama menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, sopan, mempunyai rasa hormat, peduli terhadap teman sehingga secara keseluruhan sekolah berasrama telah menerapkan semua pilar-pilar pendidikan berbasis karakter," katanya menjawab pers di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut dikatakannya dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia untuk membentuk manusia-manusia Indonesia yang memiliki karakter pribadi unggul, yakni manusia-manusia Indonesia yang memiliki prestasi tinggi dibarengi budi pekerti yang baik.

"Karakter pribadi unggul ini diperlukan agar Indonesia mampu berkompetisi dengan negara-negara lain dan bahkan memenangkan persaingan global. Dalam konteks Indonesia, salah satu komponen dari karakter pribadi unggul adalah karakter kebangsaan dan kebhinnekaan. Hal ini penting mengingat identitas bangsa Indonesia yang tersusun dari ribuan suku bangsa dengan beragam budaya, tradisi dan agama," tambahnya.

Lebih lanjut dikatakannya, SMA Taruna Nusantara di Magelang merupakan salah satu perintis sekolah berasrama. SMA Taruna Nusantara didesain secara khusus untuk mendidik pemuda-pemudi Indonesia agar memiliki keunggulan di tiga aspek yaitu akademis, kesiapan jasmani, dan kepribadian. Berdiri pada tanggal 14 Juli 1990 sebagai bentuk kerjasama TNI dan Taman Siswa.

"SMA Taruna Nusantara kemudian menjadi Kawah Candradimuka manusia-manusia Indonesia agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai kemahiran modern lainnya dengan tetap berkepribadian Pancasila," katanya menegaskan.

Sebelumnya dalam diskusi publik bertema Peran Sekolah Berasrama dalam Membentuk Karakter Pribadi Unggul yang Berjiwa Kebangsaan dan Kebhinnekaan yang diselenggarakan Ikatan Alumni Taruna Nusantara (Ikastra) pada Selasa (16/5), pengamat pendidikan Ki Darmaningtyas mengatakan agar sistem sekolah berasrama bisa berjalan baik, bentuk kelembagaannya harus sekolah publik dan bukan sekolah swasta. "Hal tersebut untuk menjamin terjaganya kualitas baik dari sisi input, proses, maupun output."

Dalam kesempatan yang sama, Komisioner dan Kadiv Sosialisasi KPAI Erlinda mengingatkan orang tua yang menitipkan anaknya di sekolah berasrama tidak lantas lepas tanggung jawab. Sebagian besar waktu tumbuh kembang anak sesungguhnya dihabiskan bersama keluarga.

Diskusi menghadirkan sejumlah narasumber terkait sekolah berasrama, antara lain Ahmad Rizali (Pendiri Sekolah Berasrama Internat Alkautsar Parung Kuda Sukabumi, Ki Darmaningtyas (Pendidik Taman Siswa dan Pengamat Pendidikan), dan Erlinda, M.Pd (Komisioner dan Kadiv Sosialisasi KPAI).

(T.Z003/T007)

Editor: Ruslan Burhani

Pramuka dinilai mampu bangun karakter anak
Pewarta: Indriani
Jakarta (ANTARA News) - Akademisi dari Global Sevilla Pulo Mas, Jakarta Timur, Robertus Budi Setiono mengatakan Pramuka dapat membangun karakter anak.

"Pramuka merupakan implementasi langsung dari pendidikan karakter," ujar Budi di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan Pramuka sangat baik untuk mengajarkan kepada anak tentang kepemimpinan, nasionalisme, kebhinekaan, dan serta bagaimana bertahan hidup di alam bebas.

Dia mengatakan sebagai sekolah internasional maka pihaknya tetap berkomitmen untuk menjadikan Pramuka menjadi ekstrakurikuler bagi peserta didik. Bahkan, diharapkan sekolah-sekolah internasional lainnya juga mendukung program kepramukaan.

"Pramuka akan kita dorong agar sekolah-sekolah internasional lain ikut mendukung Pramuka sebagai bagian pendidikan karakter Indonesia," jelas dia.

Sementara itu, Ketua Gugus Depan Jatayu Timur Global Sevilla, Eva Riana mengatakan pihaknya merayakan ulang tahun gugus depan dengan menggelar lomba bersama pramuka se-Jakarta Timur.

"Tujuannya untuk menjalin semangat kebersamaan dan kebhinekaan antara sesama Pramuka. Melalui Pramuka ,kita menyatukan perbedaan," kata Eva.

Uniknya dalam kegiatan tersebut terdapat 30 pramuka difabel, dari sejumlah sekolah luar biasa (SLB). Hal itu menunjukkan bahwa kegiatan Pramuka juga dapat diikuti oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

"Kegiatan itu juga diikuti oleh adik-adik berkebutuhan khusus, sebagai wujud tidak ada perbedaan dalam Pramuka. Mereka juga merupakan bagian dari generasi emas Indonesia," ungkap Eva.

Melalui aktivitas Pramuka, anak-anak dapat membangun rasa kebersamaan serta saling tolong-menolong.

"Sesuai dengan misi Pramuka, dimana melakukan kegiatan di alam terbuka dengan dasar rasa kasih sayang, yang bertujuan agar adik-adik kita dapat saling membantu satu sama lainnya," imbuh Eva.

Menurut Eva, melalui kegiatan Pramuka akan tercipta proses pembentukan karakter anak Indonesia yang jauh lebih baik.

"Karena pendidikan karakter itu intinya adalah proses, dimana Pramuka menjadi kegiatan yang efektif," kata Eva.

Terkait dengan kegiatan Pramuka di Global Sevilla, dijelaskan, pihaknya secara aktif mengikuti agenda nasional hingga internasional. Bahkan, beberapa murid pernah ikut serta dalam Jambore Pramuka Dunia di Jepang.

(T.I025/A011)
Editor: Ruslan Burhani

Pelajar SMPN 21 Praktikkan Toleransi

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
JawaPos.com – Remaja adalah sekelompok orang yang mencari jati diri. Demikian pula siswa SMP. Dalam proses pencarian jati diri tersebut, peran agama tidak bisa dilepaskan begitu saja. SMPN 21 Surabaya mempunyai cara tersendiri menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Miniatur kebinekaan itu berada di SMPN 21. Sekolah di kawasan Jambangan tersebut mempunyai 1.200 siswa dari kelas VII hingga kelas IX. Sebanyak 76 siswa di antaranya beragama Nasrani. Empat siswa beragama Hindu. Selebihnya merupakan pelajar pemeluk agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMPN 21 Kun Hayanah Hayati, guru agama Nasrani Paulus Sardikun, dan guru agama Hindu I Wayan Artawa ikut berperan membimbing mereka.
Toleransi di antara mereka terjalin cukup baik. Bukan hanya antarsiswa di internal sekolah, tetapi juga siswa di lintas sekolah. Terutama dengan para siswa di SMPN 22. SMPN 21 dan SMPN 22 memang kerap melakukan kegiatan kolaboratif.
Kepala SMPN 21 Chamim Rosyidi Irsyad menyatakan, sikap toleransi perlu ditumbuhkan sejak dini. Para siswa harus diajarkan saling menghormati dan menghargai. Di sekolahnya toleransi tersebut dijaga agar terjalin kondusif. Misalnya, ketika ada siswa Nasrani yang sedang berjalan membawa Injil, siswa lain tidak mengganggu. Demikian juga sebaliknya. ”Menghormati keyakinan yang berbeda itu sangat asyik,” tuturnya.
Meski begitu, ujar Chamim, dia percaya urusan keyakinan adalah urusan individu masing-masing. Namun, yang harus tumbuh adalah rasa saling menghormati di antara mereka. Bukan hanya antarsiswa seagama, tetapi juga yang berbeda agama. Selama ini, dalam buku-buku pelajaran, toleransi antarumat beragama tersebut sudah diajarkan. ”Tapi, yang tidak kalah penting itu praktiknya,” katanya.
Praktik menumbuhkan sikap toleransi tersebut bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya, melalui kegiatan kolaboratif antarsiswa. Bakti sosial ke panti asuhan, misalnya. Chamim melibatkan siswa untuk kegiatan bakti sosial. Empati para siswa ditumbuhkan. Mereka diajak mencari sendiri panti asuhan yang akan didatangi.
Para siswa muslim bisa mencari panti asuhan yang berlatar belakang nonmuslim. Demikian juga sebaliknya. Para siswa yang nonmuslim bisa mencari panti asuhan yang berlatar belakang muslim. Kegiatan itu pun sudah berjalan dengan baik. ”Supaya mengenal, toleransi harus dipraktikkan,” ucapnya. Harapannya satu. Para siswa diajak saling memahami bahwa pada dasarnya semua manusia adalah saling membutuhkan. ”Perdamaian pun bisa terjaga,” jelasnya.
Urusan Kesiswaan SMPN 21 Sapta Meiningsih menyebutkan, pembinaan perilaku para siswa juga dimulai ketika pagi. Bagi siswa muslim, ada salat Duha. Kegiatan itu dilakukan bergantian antara siswa laki-laki dan perempuan. Jika siswa laki-laki sedang salat Duha, siswa perempuan melaksanakan kegiatan literasi di kelas.
Para siswa, terutama yang muslim, juga diajak berlatih kultum singkat. Yakni, dengan memaknai dan memahami surat-surat dalam Alquran. Kultum tersebut disampaikan para siswa kepada siswa lain dengan bimbingan guru agama. ”Itu juga melatih percaya diri, bisa belajar jadi ustad,” ungkapnya.
Bukan hanya siswa muslim, siswa nonmuslim juga melakukan kegiatan keagamaan di waktu yang sama. Para siswa Nasrani dan Hindu melaksanakan kajian keagamaannya masing-masing di ruang yang berbeda. Ada doa bersama di aula bagi siswa Nasrani. Demikian juga siswa yang beragama Hindu. Ada bimbingan khusus dari guru agama Hindu di sekolah. ”Anak-anak remaja sekarang, apalagi dunia modern, basis agama harus kuat,” tuturnya. (puj/c20/nda)

Siswa SD Belajar Bahaya Narkoba, Obat Terlarang Semakin Sulit Dikenali

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
Ada yang berbeda dalam rangkaian acara Pondok Ramadan di SDN Airlangga 1 Surabaya pada Senin (5/6). Selain kegiatan keagamaan, ada sesi belajar tentang bahaya narkoba untuk siswa kelas IV dan V. Semua siswa siap mendapatkan bekal ilmu dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya.
SEJAK pukul 09.00, siswa-siswi yang mengenakan baju muslim duduk lesehan untuk mengikuti penyuluhan. Mereka antusias. Tidak sedikit yang mencatat.
Rahmatika Ramadhan, penyuluh dari bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat BNN, terlebih dahulu menyapa para siswa. Pancingan pertanyaan tentang narkoba memantik semangat anak-anak. Mereka berebut menjawab saat ditanya tentang obat-obatan berbahaya itu. ”Sudah dengar tentang narkoba?” tanyanya. Anak-anak langsung kompak menjawab, ”Sudaaaaaah.”
Meski demikian, sekadar tahu tidak bisa menghindarkan anak-anak dari bahaya narkoba. Tika lantas menjelaskan bahwa saat ini narkoba semakin sulit dikenali. Apalagi, para pengedar kian lihai menyisipkannya dalam bentuk makanan. Salah satunya, dalam bentuk jajanan anak.
Dengan pembukaan itu, anak-anak kian penasaran. Memang, pengetahuan tersebut merupakan hal baru bagi 225 peserta cilik. Narkoba, lanjut Tika, kini berubah dalam beragam bentuk yang tidak terduga. Meski demikian, narkoba tetap bisa dihindari. Karena itu, upaya pembekalan diri harus diketahui sejak dini. Termasuk bagi anak-anak SD yang sering menjadi sasaran empuk peredaran narkoba dalam bentuk jajanan.
Beragam contoh jajanan yang terindikasi mengandung narkoba ditampilkan dalam penyuluhan itu. Misalnya, permen-permen dengan bentuk aneh yang rupanya mengandung narkoba. ”Hindari yang mencolok atau bentuknya aneh,” ujarnya.
Memang, bagi anak-anak, bentuk-bentuk yang tak biasa justru menarik perhatian. Hal itu dimanfaatkan para pengedar narkoba untuk memasarkan dagangannya.
Tika juga mengimbau siswa untuk berhati-hati dalam memilih pergaulan. Faktor lingkungan, menurut dia, menjadi faktor terjerumusnya anak-anak ke lembah konsumsi narkoba. ”Jangan sering bermain ke warnet atau warkop tanpa pantauan orang tua,” tambahnya.
Selain itu, anak-anak harus berhati-hati dalam mencari informasi. ”Kalau perlu dan ingin tahu, tanyakan info narkoba ke guru dan orang tua,” imbuhnya.
Meskipun materi masih terbilang baru, orang tua Bernika Julia Marsela sudah melakukan upaya antisipasi. ”Nggak jajan sembarangan kok selama ini, dibawain bekal,” ujar siswi kelas V itu. Pengetahuan tentang cara mengenali jajanan yang mengandung narkoba, bagi dia, adalah hal yang baru dipelajarinya. Dia akan lebih berhati-hati saat akan jajan.
Kepala SDN Airlangga 1 Agnes Warsiati mengatakan, pembekalan tentang narkoba sangatlah penting. Apalagi, peredaran narkoba merambah anak-anak. ”Jadi, anak-anak memang ingin kami bekali cara membedakan jajanan yang berbahaya dan yang aman,” katanya. (kik/c7/nda)

Melatih Gemar Membaca–Menulis, Beri Reward Yang Rajin ke Perpustakaan

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
JawaPos.com – Membiasakan anak didik untuk rajin membaca dan menulis juga dilakukan SD Al Falah Assalam. Mereka membentuk wadah kegiatan ekstrakurikuler yang dinamai Peci. Kependekan dari penulis cilik.
Ada 50 anak yang tergabung dalam Peci. Mereka diberi latihan khusus soal penulisan. ”Rutin seminggu sekali setiap Jumat mereka belajar bersama,” terang Kepala SD Al Falah Assalam Muhammad Sholehudin.
Caranya, siswa dibagi menjadi dua kelompok. Yakni kelompok besar dan kecil. Kelompok besar berisi siswa kelas III hingga kelas V. Sedangkan kelompok kecil terdiri atas siswa kelas I dan II. Karena beda tingkat, sudah pasti cara pembelajarannya juga berbeda.
Sholehudin mengatakan, untuk materi pertama, siswa diminta menulis bebas. Misalnya, di dalam kelas terdapat peta Indonesia. Nah, anak didik di dalam kelas boleh membuat tulisan yang terkait dengan peta Indonesia itu. ”Bisa puisi, cerpen, ataupun komik,” lanjutnya.
Setelah ”pemanasan”, barulah siswa belajar dalam sebuah proyek penulisan. Misalnya, dalam bulan ini mereka diberi proyek membuat kumpulan tulisan nonfiksi. Dalam satu bulan, siswa harus belajar banyak tentang menulis nonfiksi. Saat ada kesulitan, mereka bebas untuk berkonsultasi kepada guru pembimbing.
Sambil mengerjakan, siswa mendapat ilmu secara langsung saat praktik. Misalnya terkait dengan ejaan serta cara membuat judul yang menarik, alur cerita, hingga kalimat yang efisien. ”Tema proyeknya berbeda-beda,” terang Sholehudin.
Sebagai bentuk apresiasi sekaligus wadah untuk menyalurkan karya mereka, pihak sekolah memuat tulisan para siswa di majalah sekolah yang bernama L-Fikr. Ada yang dicetak khusus untuk memuat seluruh tulisan anggota Peci. Ada juga tulisan anggota Peci yang digabung dengan kumpulan tulisan dari guru. ”Majalahnya sudah terbit sejak 2015,” terang Waka Kesiswaan SD Al Falah Assalam Antoni. Majalah setebal 70 halaman tersebut terbit tiap semester.
Untuk bisa menulis dengan baik, dibutuhkan ide yang variatif. Karena itu, siswa didorong untuk rajin ke perpustakaan. Bagi yang rajin ke perpustakaan, pihak perpustakaan sekolah akan memberikan apresiasi khusus setiap semester. ”Macam-macam reward-nya, seperti buku maupun seperangkat alat tulis,” lanjut Antoni.
Anak akan lebih bangga, orang tua pun senang. Juga, target mewujudkan 100 persen siswa SD Al Falah Assalam punya kebiasaan membaca bisa segera terwujud. (uzi/c11/ai)

Cegah Bosan, Ajak Murid Baca di Rooftop

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
Membaca dan menulis membutuhkan pembiasaan. Dengan berbagai cara, pihak sekolah melatih siswa agar terbiasa melakukan hal itu. Sebagai bentuk reward, hasil karya siswa diterbitkan menjadi buku dan majalah.
NARASWARI Dite dan Rayya Aliya Yudistiro berkesempatan menyampaikan story telling di hadapan rekan-rekannya Senin (5/6). Kegiatan penunjang literasi tersebut berlangsung di perpustakaan SD Vision School, Waru. Saat itu, Rayya bercerita tentang pengalamannya berlibur ke Malang awal bulan ini. Sementara itu, Naraswari mendongengkan cerita kelinci.
Keduanya sangat ekspresif dalam bercerita. Mimik wajah dan gerakan tangan turut mendukung cara mereka bercerita. Siswa lainnya pun hanyut dalam cerita yang dibawakan.
”Belajar dengan story telling ini rutin kami lakukan di perpustakaan,” terang Haryanto, pustakawan SD Vision School. Tujuannya, melatih siswa agar berani menyampaikan isi buku yang mereka baca. Semakin lancarnya cerita yang disampaikan menunjukkan bahwa mereka memahami buku yang dibaca. ”Kegiatan ini merangsang siswa supaya mau membaca. Sebab, mereka tidak ingin malu dan tidak paham saat giliran story telling,” jelasnya.
Pada momen tertentu, siswa diminta membuat ulasan dari setiap buku yang mereka baca di perpustakaan. Jenis bukunya bebas. Latihan tersebut juga menjadi cara agar siswa terbiasa menulis. Lama-kelamaan, tulisan mereka lebih tertata. ’’Setelah tulisan dikumpulkan, pustakawan membantu mengecek tulisan siswa,’’ ucap Haryanto. Setiap tulisan akan dievaluasi. Selanjutnya, hasil evaluasi disampaikan kembali kepada anak didik. Saat proses menulis, siswa juga didampingi.
”Biar lebih variatif, terkadang siswa diajak menonton film di perpustakaan. Lalu, latihan menuliskan inti dari film yang mereka tonton,” imbuh pria asli Nusa Tenggara Barat itu.
Agar kegiatan menulis dan membaca tidak membosankan, pihak sekolah menggelar perpustakaan dadakan pada hari-hari tertentu. Pada momen tersebut, buku di perpustakaan dibawa ke sejumlah titik di sekolah. Siswa bisa membaca dengan suasana baru. ”Misalnya, kami bawa buku ke rooftop atau ke depan sekolah. Siswa bisa baca buku di sana,” ujar Haryanto.
Hal itu berlaku bagi seluruh siswa. Khusus siswa yang punya minat khusus dalam menulis, SD Vision School mempersilakan mereka mengikuti ekstrakurikuler (ekskul) yang bernama Membaca dan Menulis Buku (MMB).
Seluruh anggota MMB dilatih cara menulis buku. Kumpulan tulisan mereka dicetak dalam bentuk buku dan diterbitkan secara luas. ”Kami pernah menerbitkan buku karya siswa yang berjudul The Sun Flower in Paris,” tutur Yunus Achmadi, guru pembina ekskul MMB. Buku tersebut berupa antologi cerpen setebal 104 halaman yang diterbitkan Alif Gemilang Pressindo.
”Biasanya, kami melatih siswa menuliskan pengalaman pribadi,” kata Yunus. Dengan begitu, siswa tidak sulit mencari ide tulisan. Sebab, yang mereka tulis adalah pengalaman pribadi. Alur, detail, suasana, dan penokohannya tergambar jelas dalam benak mereka.
Murid juga bisa menuliskan hasil imajinasi atau hal-hal yang pernah mereka dengar. Baik dari cerita orang maupun dari buku yang dibaca. ’’Yang penting, rutin menulis. Setiap hari, harus ada yang ditulis,’’ imbuh Yunus. (uzi/c18/ai)

Masuk SD Seriang TK, SDN Bubutan 4 Sambut Calon Siswa

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
JawaPos.com – Sekolah tak melulu soal bangku dan buku. Ataupun beragam aturan dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan. SDN Bubutan 4 Surabaya menghadirkan suasana yang berbeda dan menyenangkan lewat kedatangan Paman Badut.
Bagi kebanyakan anak, badut jadi idola. Apalagi badut yang bisa mendongeng. Pengajaran nilai-nilai kebaikan dalam keseharian memang paling pas diselipkan lewat dongeng. Hal itu menjadi keunikan yang diterapkan di SDN Bubutan 4.
Senin (29/5) badut sengaja ditampilkan pada hari pertama penerimaan peserta didik baru. Anak-anak yang baru saja menyelesaikan TK dikenalkan pada jenjang sekolah dasar. Maklum, kegiatan di TK memang masih didominasi bermain. Tak jarang, masuk SD menjadi momok tersendiri.
Benar saja, anak-anak tampak bergembira menyimak aksi badut yang mendongeng. Paman Badut membawakan kisah fabel dengan beragam boneka peraga. Anak-anak kian antusias mencermati setiap runtutan cerita. Di sela-sela itu, ada aksi sulap hingga menyanyi bersama.
Mariana, salah satu orang tua murid, mengaku senang dengan kegiatan tersebut. ”Itu anak saya yang paling depan. Ikut heboh loncat-loncat sama badut,” ujarnya. Kegiatan mendongeng oleh badut tersebut, menurut dia, sangat membantu untuk menyelipkan hal positif kepada anaknya. ”Apalagi, dongengnya tentang jadi anak baik. Sekalian mengajari anak,” imbuhnya.
Harris Rizki, si Paman Badut, memang membawakan banyak kisah. Salah satunya pesan untuk tidak serakah. Hal itu sengaja dipilih untuk menanamkan sejak dini pada anak agar menjadi pribadi yang peduli dan mau berbagi. Harris ingin memberi kesan pertama yang menyenangkan pada calon siswa SD tersebut. ”Ini lho SD, tetap bisa asyik meski sudah lepas dari TK,” tambahnya.
Kepala SDN Bubutan 4 Ahmad Nurhalim sengaja menghadirkan atmosfer menyenangkan. Segi lingkungan, lanjut dia, tak kalah diperhatikan. Banyak inovasi di bidang pemberdayaan lingkungan yang diciptakan sekolah tersebut.
Salah satunya gerebeg pasar. Siswa diajak blusukan ke pasar untuk mengumpulkan sayuran sisa yang kemudian diolah sebagai kompos. Itulah upaya belajar mengolah hal-hal yang dianggap sampah. ”Kami bawa ke sini untuk diolah di tong komposter,” katanya. (kik/c6/nda)

Ekskul Film Indie Bikin Murid Mandiri dan Kemampuan Berkembang

EDITOR : SURYO EKO PRASETYO
Pembuatan film indie turut mencuatkan nama SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo. Berkat film karya siswa tersebut, sejumlah penghargaan didapat.
DI perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Senin (29/5), Donny Indra Kusuma bercerita tentang film Mak Crit Mak Plekentur yang diproduseri. Film yang digarap belasan anak kelas V dan kelas VI itu berkisah tentang Fajar dan Vero, si anak kota, saat berlibur ke desa. ’’Dua anak ini bermain ke sawah dan bertemu Fatur, si anak desa. Mereka bertiga bermain bersama,’’ ujarnya.
Dalam film tersebut, mereka ditampilkan tengah menikmati penganan bernama gatot. Mereka juga memainkan tari jaranan. Di sisi lain, Fatur juga diajari cara menggunakan pomade. ’’Film humor mengenai kehidupan sehari-hari. Ending-nya mereka bersama-sama ke masjid,’’ kata siswa kelas VI Umar tersebut.
Selain film itu, terdapat belasan karya lainnya yang sudah mereka buat. Di antaranya, Batik Safira, Jangan Tahayul, Memancing Kesabaran, dan Gotri. ’’Minimal dalam satu semester itu anak-anak ekskul film indie bisa membuat dua film,’’ tutur pembimbing ekskul film indie Fajar Rosyidah.
Tiga film tersebut pernah mendapatkan penghargaan tingkat nasional dalam Muhammadiyah Education Award. Film berjudul Batik Safira menjadi runner-up lomba film pada 2013. Adapun Jangan Tahayul mendapat runner-up pada 2014. Film MemancingKesabaran berhasil menjadi juara III dalam event serupa pada 2015.
’’Tahun 2016 tidak ada kompetisinya,’’ kata Rosyidah, sapaan akrab Fajar Rosyidah. Kompetisi film tingkat SD masih sangat jarang di tingkat Jawa Timur maupun nasional. ’’Itu saja kami ikut lomba tingkat junior. Saingannya anak-anak SMP juga,’’ tambahnya.
Untuk mengikuti ekskul tersebut, siswa harus lolos audisi. Salah satunya yang punya bekal tentang dunia perfilman dan kemauan tinggi. ’’Saat audisi itu juga langsung ditentukan, tergabung dalam kelompok produksi atau kelompok talent,’’ ucap Rosyidah.
Misalnya, saat audisi pandai bermain peran dan bisa memainkan beragam ekspresi wajah, bisa jadi siswa tersebut masuk kelompok talent. Sementara itu, yang punya kemampuan mengoperasikan kamera, berimajinasi tinggi untuk membuat cerita, dan bisa dasar editing bisa jadi masuk kelompok produksi. ’’Nah, nanti pembinaannya berbeda,’’ lanjutnya.
Siswa yang masuk kelompok talent akan belajar olah rasa dan memerankan beragam karakter. Adapun kelompok produksi akan diajari cara pengambilan gambar, lighting dan sound, editing, menjadi produser, serta sutradara.
Beragam manfaat didapat siswa dengan ikut ekskul. Salah satunya, melatih jiwa kepemimpinan seperti berkoordinasi dengan rekan yang lain. Mereka juga harus berani. Misalnya, saat butuh aktor satpam maupun orang tua. Mereka sendiri yang meminta langsung ke petugas satpam atau guru di sekolah untuk membantu menjadi talent. ’’Hampir seluruh guru pernah masuk film buatan anak-anak,’’ ungkap Kepala SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo Enik Chairul Umah. (uzi/c15/ai)


Senin, 29 Mei 2017

JURNALISTIK-Dewan Pers soal Hoax

MERUNUT MEDIA HOAX DAN UPAYA MELAWANNYA

BEDA INFO MEDIA DENGAN BERITA
Info Media
·         Asal ïnformationel”(Latin) dan ïnformacioni”(Perancis)
·         Potongan pesan atau kumpulan pesan awal yang disampaikan seseorang dan diterima oleh sebuah institusi media
Berita
·         Kumpulan info media yang telah dicek kebenarannya dan diverifikasi sebelum disampaikan kepada publik/masyarakat luas

BEDA PERS DAN MEDSOS


Produk Pers
Produk Medsos
Hasil/Output
Berita
Info
Cara Produksi
Kompetensi wartawan
Komunikasi siapa saja
Kerja
Tim redaksi, ada standarisasi
Individual
Tanggungjawab
Pertg-jwban “air terjun”
Tak ada
Batasan
Kode Etik Jurnalistik
Tak ada
Pengelola
Badan hukum
Bebas, memanfaatkan kemudahan teknologi
Identitas
Ada penanggungjawab dan alamat
Bisa dipalsukan
Cara penyampaian pesan
Media cetak, media online, TV, dan radio
Media sosial (twitter, facebook, whatsupo, line, path, instagram)
Sumber Yang digunakan
Sumber resmi
Bisa resmi, bisa tidak jelas sumbernya, bisa hasil rekayasa




SEJARAH MARAKNYA BERITA HOAX DI INDONESIA
·        Banyak berita “gorengan” jelang Pileg dan Pilpres 2014
·         Sejumlah pemilik media membuat partai/masuk partai dan menggunakan medianya untuk berkampanye
·         Ada sejumlah partai membuat media baru
·         Banyak wartawan ikut jadi caleg atau jadi joki politik
·         Sejumlah wartawan merangkap jadi tim sukses
·         Politisi menarik-narik wartawan, mengunjungi media/organisasi wartawan
·         Pubik kehilangan kepercayaan terhadap netralitas pers dan kebenaran isi media

MEDSOS MENJADI ALTERNATIF
·         Pada saat informasi media mainstream tak bisa dipercaya, masyarakat mencari alternatif dari media sosial.
·         Media sosial semacam Twitter dan Facebook yang awal mulanya diciptakan untuk membuat update status atau menemukan kembali teman-teman lama yang berpisah berubah menjadi sarana seseorang menyampaikan pendapat politik, mengomentari pendirian orang lain.

MEDSOS MENJADI PENYEBAR HOAX
·         Grup media sosial (al WA) menjadi sarana pas karena si X mendapatkan info dari sahabatnya si Y (yang dikenal si Y). Info saling dipertukarkandan diteruskan ke grup baru tanpa mempersoalkan dari mana asal info yang diforward tersebut.
·         Media sosial berubah fungsi menjadi ajang orang bertikai. Berita hoax marak.
·         Sejumlah orang membuat akun-akun palsu.
·         Berita hoax marak pada saat tensi politik tinggi (menjelang Pileg, Pilpres, Pilkada)

VIRAL KEMARAHAN AKIBAT HOAX
Kabar bohong atau hoax beredar di dunia maya, disebar dari satu akun ke akun lain, berpindah dari Facebook ke Twitter, Twitter ke WhatsApp grup, dan dalam beberapa jam - tanpa diketahui siapa yang pertama menyebarnya - pesan itu telah mengundang amarah atau rasa takut pengguna.

Upaya Dewan Pers 
·         Mengembalikan otoritas pemegang kebenaran faktual kepada media mainstream.
·         Memberikan logo/QR code (tanda media terverifikasi) kepada mediamedia yang terverifikasi di Dewan Pers.
·         Memberlakukan standar kompetensi wartawan/jurnalis.


Senin, 15 Mei 2017

Membuat Feature

Hai kawan pertemuan kali ini akan membahas kuliah kami hari ini. Hari minggu tanggal 14 Mei 2017 kuliah jurnalis di laksanakan di luar ruangan yaitu tempatnya di Taman Bungkul. Kuliah di laksanakan jam 2 tetapi saya terlambat saya datang jam 3 lebih. Ketika saya disana kemudian bertemu dengan Bu Dosen Ibu Artika ternyata saya sudah di tunggu beliau. Kemudian saya di beri tugas untuk membuat sebuah Feature yang berisi deskripsi benda hidup atau manusia yang berada di sekitar Taman Bungkul. Berikut adalah hasil dari Feature yang saya buat.

Anak Laki-Laki Memakai Baju Berwarna Hijau Toska

di sore yang cerah Matahari di ufuk barat masih terlihat. Seorang anak sedang bermain Sepak Bola sendirian di tengah-tengah Taman Bungkul. Dia bermain bola dengan lincah ia menendang bolanya kesana-kemari. Dia menendang bola berwana pelangi yang terlihat cerah.
Dia seorang anak laki-laki yang memiliki kulit berwarna coklat sawo matang. Dia memakai baju berwarna Hijau Toska dan memakai bawahan celana pendek berbahan levis. Dia terlihat bermain sendiri tetapi ternyata dia datang bersama kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sedang menikmati sore yang cerah dan nyaman sambil melihat penampilan band yang ada di Taman Bungkul.
Ketika ditengah bermain, dia merasa lelah dan ia berhenti sejenak untuk minum melepas rasa dahaganya. Kemudian dia diajak bermain ayahnya, ayahnya ingin bermain ketika melihat anaknya bermain sendiri. Mereka berdua bermain bersama dengan senyum yang terpatri di wajah mereka.
Ketika bermain ia sudah terlihat sangat lelah dapat dilihat ia berkeringat. Melihat hal tersebut Ayahnya dengan penuh kasih sayang mengusap keringatnya perlahan, kemudian mereka melanjutkan permainan lagi. Ayahnya sudah terlihat lelah ia beristirahat tetapi anaknya masih melanjutkan bermaii bola, meskipun dia lelah dia masih bermain bola.

Ternyata di Taman Bungkul juga banyak anak yang bermain bola, ada yang bermain sepatu roda dan ada juga yang bermain papan seluncur. Dia terkadang bertabrakan dengan anak lainnya. Mereka semua bermain dengan wajah yang terlihat tidak ada beban, senyum selalu menemani permainannya.

Jumat, 28 April 2017

Review Berita Pertama

Hai teman teman kembali lagi dengan saya. Kali ini saya akan membahas tentang kuliah jurnalistik kita lagi. Hari ini kuliah dilakukan secara online karena kita tidak mendapatkan kelas dan Bu Artika ada keperluan di luar. Kuliah online ini membahas berita yang telah di buat kelompok pada hari pertama kuliah, dari berita tersebut kita disuruh untuk mengembangkannya menjadi sebuah berita. Dalam satu kelompok ada 6 orang, jadi 6 orang membuat berita dari berita yang telah dibuat pada pertemuan pertama. Saya membuat berita sebagai berikut.

Kurangnya Lahan Parkir di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kurangnya lahan parkir di UINSA  membuat mahasiswa memarkirkan kendaraannya di sembarang tempat. Tidak tertatanya kendaraan di sembarang tempat membuat pemandangan kurang enak  bagi para tamu yang datang ke universitas.
Mahasiswa sering memarkirkan kendaraannya di sembarang tempat karena lahan parkir yang disediakan telah penuh oleh kendaraan seperti mobil dan sepedah motor. Selain lahan parkir yang kurang, penataan parkir di UINSA kurang teratur dengan baik. Pemandangan tersebut sudah menjadi hal yang biasa. Hal tersebut dibenarkan oleh petugas keamanan yang bernama Pak Umar , “Meskipun sebenarnya di masing-masing fakultas terdapat tempat parkir, setidaknya bisa tertata rapi tidak sembarangan yang hampir menutup jalan”.
Petugas keamanan juga mengungkapkan bahwa sebaiknya lahan parkir ditambah dan mereka berharap mahasiswa sadar terhadap penataan kendaraannya sendiri supaya tidak semrawut serta menambah pegawai keamanan.

Dari berita diatas kesalahan yang saya buat adalah membuat judul yang kurang menarik, judul tidak sesuai dengan isi dan kurangnya bahan dalam membuat berita.



Senin, 17 April 2017

Membuat Berita

Hai bertemu lagi dengan saya kali ini saya akan mereview materi hari ini. Hari ini kuliah jurnalistik membahas bagaimana cara membuat berita. Bu artika menunjukkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh beliau kemudian dari hasil wawancara tersebut kita disuruh untuk membuat beberapa judul, dari semua judul yang telah dikemukakan teman-teman akhirnya satu judul kita jadikan berita bersama-sama bersumber dari hasil wawancara beliau yaitu beritanya sebagai berikut.

Dua tahun tutup Wali Kota Risma tambah Pelatihan di Eks Lokalisasi Dolly

SURABAYA-Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di kawasan eks lokalisasi Dolly. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan telah menambah jenis pelatihan terhadap warga sekitar ‘’Sekarang aku punya binaan ternak bebek di Surabaya Barat sana,’’ Ujarnya kepada Media PGMI di ruang kerjanya, Selasa 24 Januari 2017.
Meski telah ditutup lebih dari 2 tahun yang lalu, terdapat banyak pelatihan yang diberikan kepada warga. Selain ternak bebek, warga disarankan untuk membatik, membuat aneka camilan, kerajinan sepatu hingga membuat kerupuk ‘’ itu mengalir siapa punya ide, disalurkan,’’ Ucapnya.
Perempuan 55 Tahun itu mengatakan bekas lokalisasi tidak bisa dirancang secara kaku, tapi dapat bergerak secara alami.“nanti sambil jalan kita berikan apa maunya justru yang warga  di eks lokalisasi itu lebih gampang, lebih banyak ide-ide.
Justru kata dia, warga bekas kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu lebih mudah diarahkan. Mereka memiliki banyak ide. ‘’Yang berminat batik dan mau belajar ke Pekalongan, ya sudah aku berangkatkan,’’ tuturnya.
Sementara itu Pemkot Surabaya memfokuskan  pengembangan SDM pada bidang pendidikan dan kesehatan melalui keterampilan dan wawasan. Warga diharapkan bisa menyerap perkembangan kota.
Untuk itu, anak-anak juga diberikan pelatihan dengan berbagai macam keterampilan. Risma menyebutkan, sebelumnya terdapat program Pahlawan Ekonomi yang hanya meliputi sektor kerajinan dengan (bandicraft) dan  fashion.
Akhirnya Pemkot Surabaya meluncurkan program Pejuang Muda yang yang menawarkan lebih bayak jenis keterampilan. Mulai bidang jasa, kontraktor, sampai perbaikan, “Kita latih juga jadi EO (Event Organizer atau perancang acara).” 

Senin, 10 April 2017

Kesalahan Bahasa Jurnalistik

 Hai kawan kali ini saya akan membahas tentang pengalaman saya di kelas jurnlaistik. Hari ini kita akan membahas tentang Kesalahan bahasa jurnalistik. Dalam menulis sebuah berita bahasa yang digunakan yaitu kata- kata yang mudah dipahami oleh pembaca, kesalahan yang sering muncul adalah sebagai berikut.
1.      Kalimat Rancu, kalimat rancu seperti kesalahan pennggunaan sufiks (akhiran) –kan dan sufiks –i. Hampir setiap kali kita jumpai kesalahan tersebut di surat kabar.
Contoh :  Mereka memperingatkan hari kemerdekaan di dalam penjara.
                Mereka memperingati hari kemerdekaan di dalam penjara.            
2.      Ejaan, ejaan ini kesalahannya seperti salah dalam menggunakan tanda koma, tanda tanya dll.
Contoh :
·   Dalam  penggunaan tanda baca koma ( , )
Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina menghembuskan nafas terakhirnya di AS dalam usia 72 tahun.
Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, menghembuskan nafas terakhirnya di AS dalam usia 72 tahun.
·   Dalam penggunaan kata depan di
   Budiman di gugat oleh pegawainya.
   Budiman digugat oleh pegawainya.
3.      Penggunaan Kata, kesalahannya biasanya menggunakan kata yang berlebihan tidak efektif.
Contoh : Kasus perkara korupsi itu akan segera dilimpahkan ke pengadilan.
                Kasus korupsi itu akan segera dilimpahkan ke pengadilan.
4.   Susunan Kalimat, menyusun kalimat yang tidak sesuai dengan susunan kalimat bahasa indonesia yaitu SPOK.
Contoh :  Gadis remaja itu beberapa kali berhasil dicabuli Dd di tempat       persebunyiannya.
Dd beberapa kali berhasil mencabuli gadis remaja itu di tempat persembunyiannya.

Sekian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaan bagi para pembaca. Saya ucapkan terimakasih.


Minggu, 09 April 2017

Rivew Materi Wawancara

Assalamu'alaikum wr.wb.

Hai kita bertemu lagi  pada pertemuan kali ini,  kita membahas tentang Wawancara dan Straight News.  Berikut pembahasannya :

Wawancara atau interview merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita atau narasumber. Syarat orang yang diwawancarai adalah orang yang memiliki kedudukan, peranannya/keterlibatannya, kompetensi/keahlian, dan pengalamannya dianggap memiliki informasi yang penting, yang dibutuhkan wartawan sebagai bahan penulisan berita.
Beberapa Jenis Wawancara
1.    Factual news interview
Wawancara dengan sumber berita yang mengetahui dengan persis suatu peristiwa atau permasalahan yang akan diberitakan.
2.    Casual interview
Wawancara yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dilakukan secara mendadak pada saat wartawan bertemu dengan sumber berita.
3.    Group interview
Wawancara yang dilakukan oleh sejumlah wartawan dari berbagai media massa dengan seorang atau lebih sumber berita. Hal ini terjadi terutama pada acara konferensi pers atau jumpa pers.
4.    Personality interview
Wawancara yang memiliki tujuan khusus yaitu untuk menggali penjelasan lebih jauh mengenai pribadi seseorang. Biasanya berkaitan dengan penulisan profil seseorang.
Apa saja yang dilakukan sebelum Wawancara?
1.    Menyusun pertanyaan mengenai permasalahan yang akan ditanyakan secara runtut.
2.    Memastikan bahwa sumber berita benar-benar menguasai permasalahan yang akan ditanyakan.
3.    Melakukan janjian dengan sumber berita untuk memastikan waktu dan permasalahannya.
4.    Apabila diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar sumber berita siap dengan bahan yang diperlukan.
5.    Persiapkan alat-alat yng akan digunakan untuk mencatat atau merekam hasil wawancara, misalnya: note, pena,dn alat perekam.
Selain itu,  saat melakukan wawancara,  wartawan harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.        Cek perjanjian yang telah dibuat.
2.        Bersikap sopan santun dan memperkenalkan diri terlebih dahulu.
3.        Mengajukan pernyataan ringkas,  jelas dan to the point.
4.        Jika narasumber terkesan tertutup,  maka ajukan pertanyaaan tidak langsung.
5.        Jangan memberondong narasumber dengan pertanyaan.
6.        Membuat suasana santai.
7.        Tidak mencatat selama wawancara berlangsung.
8.        Berusaha menjaga agar masalah tidak keluar dari topik pembahasan.
9.        Tidak mengajukan pertanyaan "bodoh".
10.    Meminta izin jika ingin mengalihkan topik pembicaraan.
11.    Menjaga atau melindungi kerahasiaan identitas narasumber.
12.    Menghormati permintaan untuk off the record.
13.    Mengucapkan terimakasih saat selesai melakukan wawancara.
Berita yang disampaikan adalah berita yang aktual, singkat padat, dan dengan menggunakan bahasa yang lugas (tidak berbunga-bunga). Unsur-unsur berita yang harus dicakup meliputi jawaban atas 6 (enam) pertanyaan yaitu 5W+1H (what, who, where, when, why, dan how).
Straight news atau berita keras
Biasanya pada permulaan berita setelah judul,  diikuti keterangan tempat,  disusul dengan bama penerbit pers yang bersangkutan,  dalam susunannya straight news memiliki susunan yang dinamai "piramida terbalik", yaitu dimana bagian yang paling penting ditempatkan pada bagian awal (atas) kemudian disusul dengan isi berita.

Sekian dari saya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.